Pada awalnya orang menganggap bahwa akar “memakan” tanah, seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles. Tumbuhan hijau memperoleh zat-zat makanan dari dalam tanah, yang berasal dari hasil perombakan (penguraian) organisme yang telah mati. Penguraian organisme mati menjadi bahan yang dapat diserap oleh akar tumbuhan hijau dilakukan oleh mikroorganisme. Konsep fotosintesis dimulai pada abad ke-17 ketika van Helmont menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan disebabkan adanya air dan bukan tanah.
Pada tahun 1772, Joseph Priestley melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa tumbuhan mengubah udara yang dikeluarkan hewan menjadi udara segar. Priestly melakukan eksperimen bahwa jika di dalam tabung tertutup diletakkan tikus dan tumbuhan, tikus tetap hidup. Selanjutnya kita ketahui bahwa tumbuhan menggunakan karbondioksida yang dikeluarkan oleh hewan, dan hewan menyerap oksigen yang dihasilkan tumbuhan.
Pada tahun 1779, Jan Ingenhousz membuktikan bahwa pada fotosintesis dilepaskan oksigen. Hal ini dibuktikannya dengan percobaan menggunakan tanaman air Hydrilla verticillata di bawah corong terbalik. Jika tanaman tersebut kena cahaya, maka timbullah gelembung-gelembung udara yang akhirnya mengumpul di dasar tabung reaksi.
Jean Seneber (1782) menyebutkan gas yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk fotosintesis adalah karbondioksida, dan merupakan sumber karbon bagi tumbuhan hijau. Pada tahun 1842, Robert Meyer menyatakan bahwa energi cahaya matahari yang diserap oleh tumbuhan hijau selanjutnya diubah menjadi energy kimia.
Sachs (1860) membuktikan bahwa pada fotosintesis akan terbentuk karbohidrat (amilum). Blackman (1905) menunjukkan bahwa pada proses fotosintesis terjadi reaksi gelap yang tidak membutuhkan cahaya. Hill (1937) berhasil mengikuti kegiatan kloroplas yang telah dipisahkan dari sel hidup. Kloroplas itu jika disinari mampu menghasilkan oksigen.
II. SEJARAH PENEMUAN FOTOSINTESIS
Juni 9, 2009 oleh sieya
Iklan
Tinggalkan Balasan